Sashin

Selasa, 21 Desember 2010

Momiji



Ada yang berbeda di musim gugur di negeri sakura yaitu adanya perubahan warna daun dari pohon-pohon tertentu yang ada di Jepang menjadi berwarna kuning, merah dan orange. Semuanya menjadi terlihat sangat cantik luar biasa, pemandangan di beberapa kebun/park, pegunungan-pun menjadi sangat cantik karena ditransformasi oleh warna-warna daun yang indah yang tidak seperti musim-musim lainnya.

Perubahan warna daun menjadi kuning, merah dan orange ini dinamakan dengan “Kouyou” atau lebih familiar disebut dengan “Momiji”.
 
Bagi masyarakat Jepang, mengagumi “Momiji” di musim gugur sama seperti mengagumi “Cherry blossom” di musim semi. Kecantikan dan keindahan momiji dan cherry blossom begitu tersohornya hingga banyak tertuang dalam bentuk puisi dan lagu-lagu di negeri sakura.
 
Begitu romantis dan menyentuh relung jiwa terdalam bagi para pemuja keindahan alam semesta… Sejujurnya, itulah juga yang saya rasakan ketika saya menikmati momiji di musim gugur dan cherry blossom di musim semi selama di negeri sakura.
 
1291359329636922025
Mapple leaves by imma-san

Bagi masyarakat Jepang, “momiji” dianggap sebagai peristiwa musiman yang sangat penting untuk dinikmati keindahannya, sama seperti “hanami”/cherry blossom di musim semi.
 
Tahukah anda semua bahwa tidak semua negara memiliki pohon-pohon dengan perubahan daun di musim gugur, salah satunya adalah Jepang. Jadi, perubahan warna daun di musim gugur benar-benar saat yang sayang untuk dilewatkan begitu saja.
 
Inilah moment yang paling indah dalam hidup saya, menikmati kekuatan tangan Tuhan yang luar biasa dalam menciptakan alam raya yang begitu menakjubkan….
 
12913594101738682672
Mapple leaves two color by imma-san

“Momiji” juga merupakan salah satu daya tarik dari negeri sakura bagi para wisatawan manca negara. Hampir sama seperti cherry blossom, “momiji” ini dimulai setiap pertengahan bulan September, bergerak perlahan-lahan ke arah selatan dari Pulau utara Hokkaido hingga mencapai ketinggian lebi rendah menjelang akhir bulan November.
 
Bahkan beberapa pohon masih tetap terlihat colorful di bulan Desember di sekitar Tokyo dan Kyoto.
Tahukah anda, pohon apakah yang paling terkenal di musim gugur ??… Yup, seperti istilahnya “momiji” yang dalah bahasa kanjinya berarti “Mapple”, maka pohon mapple adalah pohon yang paling terkenal keindahannya di musim gugur.
 

129135955852132415Ginkgo tree in Meiji Jingu, Harajuku, Tokyo, by imma-san
Bahkan mapple tree disebut sebagai rajanya warna bagi semua pohon di musim gugur… (*Perhatikan foto di sebelah kiri atas, itu adalah mapple tree). Daun pohon mapple-pun sangatlah unik, berbentuk seperti bintang menjari…. Cantik sekali bukan..???…. Mapple tree ini ada dua jenis warna, yaitu merah dan kuning.
Mapple tree banyak kita jumpai di beberapa  kebun/park, kuil-kuil, traditional park, taman kota, pegunungan-pegunungan ataupun area kampus yang ada di negeri sakura.
 
Satu pohon lagi yang juga sangat cantik adalah Ginkgo Tree, berwarna kuning menyala dan tinggi seperti pohon cemara.
 
1291359687484964086
Ginkgo leaves by imma-san

Biasanya ditanam di sepanjang jalan di beberapa kota di negeri sakura, di kuil-kuil, pura ataupun juga di taman kota. (*Perhatikan foto di sebelah kanan, itu adalah deretan ginkgo tree yang ada di sepanjang jalan di kawasan meiji jingu, harajuku, Tokyo, Japan).

Kota Tokyo adalah kota yang mengambil ginkgo tree sebagai simbol mereka. Sehingga jangan heran jika di musim gugur, Tokyo terlihat sangat cantik dengan deretan pohon ginkgo di sepanjang jalannya yang berwarna kuning menyala.
 
Ingin tau seperti apakah bentuk daun ginkgo tree??? bisa dilihat di foto di sebelah kiri ini yah… Nah, ini adalah daun dari ginkgo tree, berwarna kuning dan berbentuk seperti kipas. Sangat unik bukan…???….
 

12913597881071816274nanakamado
Hampir semua pohon di negeri sakura pada musim gugur yang mempunyai perubahan warna daun, mempunyai bentuk daun yang berbeda-beda. Sangat unik dan cantik….

Jika di daerah perkotaan terkenal dengan ginkgo tree dan di daerah taman/kebun kota terkenal dengan mapple tree, maka di daerah pegunungan yang menjadi rajanya musim gugur adalah “nanakamado”
 
Nanakamado ini adalah sejenis semak yang memiliki warna yang sangat spektakuler seperti halnya mapple tree, yaitu merah-kuning-orange. Benar-benar sangat menakjubkan… Foto disebelah kanan ini adalah salah satu pemandangan dari “nanakamado” yang ada di Daisetsuzan National Park, Japan.
 
12913599001322871228
Cherry leave by imma-san

Yang menarik lagi adalah cherry tree di musim gugur. Kenapa saya katakan menarik???… Coba perhatikan, pada musim semi pohon cherry sepenuhnya berbunga. 

Satu pohonnya penuh dengan bunga, tanpa daun satupun. Tetapi pada musim gugur, pohon cherry hanya berisi daun dan berwarna merah tua….

Selain menikmati keindahan perubahan warna daun di musim gugur, biasanya juga diadakan beberapa festifal atau matsuri yaitu sebuah festifal yang diadakan pada hari sabtu/minggu.
 
Biasanya menampilkan sebuah peragaan dari anak-anak untuk menunjukkan semua kemajuan mereka dalam hal apa saja yang sudah mereka pelajari selama di sekolah kepada keluarga mereka, tetangga mereka dan kepada masyarakat umum.
 
Dan masih banyak lagi festifal-festifal lainnya yang diadakan pada saat musim gugur disamping menikmati keindahan perubahan warna daun atau momiji.
 
Di beberapa daerah lain di negeri sakura, terkadang juga diadakan festifal di atas sungai, yaitu membuat perahu dan memainkan beberapa alat musik (*seperti seruling) diatas perahu dengan menggunakan pakain-pakaian tradisional jepang dan melakukan tarian-tarian yang indah.
 
12913602751004757542
Momiji by imma-san

Menarik sekali bukan..???… Jika kebetulan anda berkesempatan berlibur ke negeri sakura pada musim gugur, jangan lewatkan menikmati “momiji” yah…
 
Jangan lupakan bulan November - Desember adalah saat-saat “momiji” terindah yang harus anda nikmati… Mapple tree, Ginkgo tree, Nanakamado dan Cherry tree yang indah pastinya akan membuat liburan wisata anda makin menyenangkan….
 

Harakiri



Salah satu budaya yang masih sering dilakukan oleh orang Jepang yang masih memegang teguh nilai-nilai tradisionalnya adalah harakiri. Harakiri adalah tindakan mengakhiri hidup dengan cara menusukkan belati atau samurai ke perut atau jantung yang dilakukan oleh orang yang merasa telah kehilangan kehormatan akibat melakukan kejahatan, aib, dan/atau mengalami kegagalan dalam menjalankan kewajiban. Bagi mereka, tidak ada gunanya lagi melanjutkan hidup bila sudah kehilangan kehormatan. Budaya ini juga masih terkait erat dengan kesetiaan dan kepatuhan orang Jepang kepada kaisar, dimana kaisar dalam kepercayaan Shinto (agama tradisional yang masih banyak dipeluk oleh masyarakat Jepang) berada di tempat yang sangat disakralkan.

Dalam film Last Samurai kita bisa menyaksikan harakiri yang dilakukan oleh Jenderal Hasegawa (Togo Igawa) akibat malu karena kalah dalam pertempuran melawan pasukan samurai pimpinan Katsumoto (Ken Watanabe). Dengan disaksikan oleh Katsumoto dan pasukannya, Jenderal Hasegawa menghujamkan belati ke jantungnya lalu membiarkan lehernya ditebas dengan samurai oleh Katsumoto (setelah dimintai sebelumnya oleh Hasegawa). Dalam dialognya kemudian dengan Kapten Nathan Algren (Tom Cruise), Katsumoto menyebut permintaan Hasegawa itu sebagai sebuah Kehormatan. Itu di film. Adapun di dunia nyata, kalau tidak salah (berarti benar, ya?), Beberapa tahun lalu tersiar berita tentang seorang pejabat Jepang melakukan harakiri akibat diketahui melakukan korupsi.

Dengan latar belakang alasan yang kurang lebih sama, yaitu rasa malu, akhir April yang lalu di Tegal, Jawa tengah, aksi “harakiri” juga dilakukan oleh bocah 15 tahun bernama Eko Haryanto. Eko merasa malu akibat tidak mampu membayar tunggakan uang sekolah selama sembilan bulan yang per bulannya sebesar Rp. 5000 (!). Sebelumnya, aksi dengan latar belakang yang sama juga dilakukan oleh Bunyamin (17). Bedanya, kalau Bunyamin “sukses” mengakhiri hidupnya, nyawa Eko Haryanto masih bisa diselamatkan (Syukurnya Eko tidak melakukan “harakiri” lagi akibat gagal melakukan “harakiri” sebelumnya).

Kasus upaya bunuh diri terkait masalah biaya pendidikan seperti ini semakin menegaskan betapa sulitnya orang-orang miskin untuk bisa memperoleh pendidikan. Kasus diatas bukan tidak mungkin akan terulang kembali mengingat jumlah anak-anak miskin di Indonesia sekitar 24 juta jiwa. Sebuah potret dramatis pendidikan di panggung kemiskinan struktural sebuah Negara bergelar subur bernama Indonesia.

Menyediakan pendidikan yang layak adalah tanggungjawab negara. Setidaknya itu yang tertuang dalam konstitusi negara. Terkait dengan hal ini, pemerintah telah mencetuskan beberapa langkah. Pertama, membuat ketentuan pengalokasian anggaran sebesar 20 persen dari APBN dan APBD masing-masing daerah untuk pendidikan seperti tertuang dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kedua, memberikan beasiswa dengan menggunakan dana kompensasi BBM yang sudah beberapa tahun ini berjalan. Dana kompensasi BBM untuk pendidikan tahun 2005 ini misalnya, diputuskan sekitar 9 triliun.

Bagaimanakah hasil dari langkah-langkah yang diambil pemerintah itu? Mengenai pengalokasian anggaran sebesar 20 persen, ketentuan tersebut masih belum terpenuhi. Konstitusi pun akhirnya dilanggar dengan dalih tidak ada dana. Sejumlah daerah memang mengklaim telah mengalokasikan dana sebesar 20 persen dari APBD akan tetapi masih belum sesuai dengan ketentuan yang seharusnya dimana komponen gaji guru dimasukkan di dalamnya. Padahal, komponen gaji guru terlepas dari alokasi 20 persen tersebut. Sementara itu, Untuk dana kompensasi BBM justru banyak salah sasaran. Sebuah SD di Jakarta, misalnya, menggunakan dana kompensasi BBM tersebut justru untuk membeli TV dan AC untuk ruang kepala sekolah yang tidak berkenaan langsung dengan kebutuhan dasar pendidikan. Di Lampung, dana kompensasi BBM justru salah alamat akibatnya malasnya pejabat yang bersangkutan untuk mencari data tentang anak putus sekolah. Belum lagi kebocoran dana yang terjadi dimana-mana alias korupsi dengan modus beraneka ragam dari hulu hingga hilir.

Laporan tim Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas menyebutkan biaya pendidikan lebih banyak ditanggung masyarakat daripada pemerintah. Porsi biaya pendidikan yang ditanggung orangtua siswa mencapai 53,74 sampai 73,87 persen dari total biaya pendidikan (Kompas (03/05/2005)). Laporan ini menegaskan (sekali lagi) betapa tidak bertanggungjawabnya pemerintah terhadap pendidikan. Anggaran mugkin hanyalah angka-angka yang tidak dapat berbicara. Akan tetapi dari angka-angka tersebut dapat dilihat sebuah itikad, dan pemerintah tidak memiliki itu.

Bagaimanapun juga, kenyataan aksi “harakiri” yang dilakukan oleh Eko dan Bunyamin tak pelak lagi menjadi tamparan keras terhadap ribuan “akan” yang selalu dilontarkan pemerintah. Kenyataan tersebut juga merupakan simbol atas kegagalan pemerintah dalam melaksanakan pendidikan (Atau seorang Eko dan Bunyamin belum cukup signifikan merepresentasikan kegagalan?). Kembali menyinggung kegagalan, jadi yang sepatutnya melakukan harakiri, siapa ya? (Bukan saya yang bilang). Ah, kita kan orang Indonesia?

by: inspiration135.blogspot.com

Sumpit



Sumpit, sebagaimana tradisi bangsa china dan korea juga merupakan tradisi bangsa Jepang, oleh karena itu penggunaan sumpit dalam kehidupan sehari-hari di Jepang dalam beberapa kesempatan makan sulit untuk dihindari.  Meskipun banyak rumah makan dan restoran di Jepang yang juga menyediakan sendok dan garpu sebagai alat makan, mayoritas orang Jepang lebih memilih sumpit sebagai alat makan karena kepraktisannya. Berdasarkan sejarah, sumpit diciptakan bangsa Tiongkok dan sudah dikenal di Tiongkok sejak 3.000 hingga 5.000 tahun yang lalu. Di dalam masyarakat Tionghoa, makan bersama dianggap sebagai sarana mempererat tali persaudaraan dan kesempatan berkumpul dengan sanak keluarga dan teman-teman, sehingga penggunaan alat makan yang tajam harus dihindari.


Pada zaman dulu, gading gajah sering digunakan untuk membuat sumpit mahal di Tiongkok. Pengguna sumpit dari gading gajah adalah kalangan pejabat tinggi dan orang berada. Sumpit dari perak pernah digunakan istana kaisar di Tiongkok untuk mendeteksi racun yang mungkin dibubuhkan pada makanan. Sumpit akan berubah warna akibat reaksi kimia jika makanan telah diberi racun. Pada abad ke-6 atau abad ke-8 Masehi, sumpit sudah merupakan merupakan alat makan yang umum bagi suku Uigur yang tinggal wilayah stepa Mongolia. Di Thailand, sumpit hanya digunakan untuk makan mi dan sup setelah Raja Rama V memperkenalkan alat makan dari barat di abad ke-19.

Panjang sumpit berbeda-beda bergantung pada negara asal sumpit. Sumpit dari Tiongkok biasanya lebih panjang dari sumpit Korea atau Jepang, dengan diameter bagian pangkal dan bagian ujung yang hampir sama. Bagian ujung sumpit tidak dibuat runcing agar tidak digunakan untuk menusuk makanan. Batang sumpit dari Tiongkok lebih berbentuk segi empat panjang supaya tidak mudah tergelincir dari meja. Plastik merupakan bahan pembuat sumpit yang populer di Tiongkok.

Sumpit Korea umumnya terbuat dari bahan logam dan lebih ceper dibandingkan sumpit dari Jepang dan Tiongkok. Sumpit dari Jepang sebagian besar terbuat dari kayu, lebih pendek dibandingan sumpit dari Korea atau Tiongkok dan mempunyai ujung sumpit yang langsing. Bagian ujung yang sangat langsing pada sumpit Jepang dimaksudkan untuk mengangkat tulang dari daging sewaktu orang Jepang makan ikan. Bagian ujung sumpit ada kalanya dibuat berulir agar makanan yang dijepit tidak jatuh.

Bambu dan kayu merupakan bahan pembuat sumpit sekali pakai yang banyak disediakan di restoran termasuk restoran-restoran di Indonesia. Waribashi (割箸 sumpit belah?) adalah sebutan untuk sumpit sekali pakai asal Jepang berbentuk sepotong kayu ringan yang diberi belahan di tengahnya tapi tidak dibelah sampai putus. Pemakai bisa membelah sendiri waribashi menjadi sepasang sumpit yang siap digunakan. Waribashi biasanya disediakan di restoran Jepang atau disisipkan sewaktu membeli paket makanan yang disebut bentō. Di beberapa negara Asia Timur, sumpit yang panjangnya sekitar satu setengah kali sumpit untuk makan dipakai untuk memasak di dapur. Sumpit dapur digunakan untuk pekerjaan menumis dan menggoreng di dalam minyak yang banyak. Tempura digoreng dengan menggunakan sumpit dapur tebal dari kayu atau bahan logam.

Cara memegang sumpit

Sumpit bisa dipegang dengan tangan kiri atau tangan kanan tergantung pada kebiasaan orang.
  1. Batang sumpit pertama dipegang seperti memegang pensil yang dijepit di antara ibu jari, telunjuk, dan jari tengah.
  2. Batang sumpit kedua diletakkan di antara jari tengah dan jari manis.
  3. Pastikan kedua batang sumpit dalam keadaan sejajar.
  4. Posisi kedua batang sumpit bisa dianggap benar jika bisa batang sumpit pertama bisa melakukan gerakan ke atas dan ke bawah secara berulang-ulang, sementara batang sumpit kedua dalam keadaan diam.
Di sebagian besar negara-negara Asia Timur, sumpit juga bukan satu-satunya alat makan yang ada di atas meja. Di Tiongkok dan Korea misalnya, sumpit digunakan bersama-sama dengan sendok dan sendok bebek. Dalam menikmati masakan Jepang, orang Jepang biasanya hanya memerlukan sumpit sebagai satu-satunya alat makan, walaupun sendok dan alat makan lainnya juga digunakan sesuai dengan makanan yang dihidangkan.

Etiket

Secara garis besar etiket penggunaan sumpit berlaku di semua negara walaupun ada perbedaan di sana-sini bergantung pada negara dan daerahnya.
  • Sumpit biasanya tidak ikut diayun-ayunkan bersama gerakan tangan ketika sedang berbicara, dipukul-pukulkan ke meja atau digunakan untuk mendorong piring dan mangkok.
  • Sumpit biasanya tidak dipakai untuk memilih-milih apalagi mengacak-acak makanan di piring lauk, dan makanan dilarang dikembalikan lagi kalau sudah diambil.
  • Sumpit biasanya tidak digunakan untuk menusuk makanan seperti ketika menggunakan garpu, walaupun boleh saja digunakan untuk membelah sayur-sayuran atau kimchi yang masih berukuran besar.
  • Sumpit biasanya tidak diletakkan begitu saja di atas meja, melainkan di atas serbet, di atas sandaran sumpit atau di atas mangkok.
  • Di Tiongkok dan Jepang, sumpit dipegang di bagian tengah dan digunakan secara terbalik (bagian pangkal sumpit dijadikan bagian ujung sumpit) sewaktu memindahkan makanan dari piring makanan ke mangkuk nasi tapi bukan ke mulut. Di Korea cara memindahkan makanan dengan bagian pangkal sumpit justru dianggap tidak higienis.
  • Mangkuk nasi boleh-boleh saja diangkat sampai ke depan mulut, tapi di Korea mangkok nasi harus tetap berada di atas meja.
  • Sumpit dianggap tabu untuk ditusukkan berdiri di dalam mangkok berisi nasi karena menyerupai hio yang dinyalakan untuk mendoakan arwah orang yang meninggal.
 berbagai kegunaan sumpit
Lebih jelasnya perhatikan video cara menggunakan sumpit berikut:
 

Nah… bagi anda yang sampai saat ini masih belum bisa menggunakan sumpit, silahkan mulai sekarang belajar dan mulai membiasakan diri menggunakan sumpit pada saat makan :) 


by: msholihulhadi.wordpress.com 

Shinkansen



Shinkansen (新幹線, juga sering dipanggil kereta peluru) adalah jalur kereta api cepat Jepang yang dioperasikan oleh empat perusahaan dalam grup Japan Railways.
 
Shinkansen merupakan sarana utama untuk angkutan antar kota di Jepang, selain pesawat terbang. Kecepatan tertingginya bisa mencapai 300 km/jam.

Nama Shinkansen sering digunakan oleh orang-orang di luar Jepang untuk merujuk kepada kereta apinya, namun kata ini dalam bahasa Jepang sebenarnya merujuk kepada nama jalur kereta api tersebut.

Sejarah

Shinkansen dibuka pada 1 Oktober 1964 untuk menyambut Olimpiade Tokyo. Jalur ini langsung sukses, melayani 100 juta penumpang kurang dari 3 tahun sejak dibuka pada tanggal 13 Juli 1967, dan melayani satu milyar penumpang pada 1976.

Pada mulanya Shinkanshen dari Tokyo ke Shin-Osaka (515,4km) memakan waktu kira-kira 4 jam. Pada 1992, Shinkanshen model baru 'Nazomi' yang dapat menghasilkan kecepatan 270 km/j telah menghasilkan perjalanan yang singkat. Rancangan penggunaan landasan kereta api linear motor car pada abad ke-21 yang akan datang ini diharapkan akan menambah kecepatan Shinkanshen.

Keamanan

Tidak ada daftar kecelakaan yang berakibat fatal dalam pengoperasian Shinkansen sejak sekitar 40 tahun yang lalu. Namun ada beberapa orang terluka dan satu kefatalan dikarenakan pintu yang menjepit penumpang atau barang mereka. Selain itu ada beberapa percobaan bunuh diri oleh penumpang. Karena itu beberapa stasiun telah memasang pagar pelindung. Meskipun begitu tetap saja ada percobaan bunuh diri oleh penumpang yang memanjat pagar pengaman tersebut.

Untuk menghadapi gempa bumi kereta ini dilengkapi dengan sistem pendeteksian yang akan memberhentikan kereta bila gempa bumi terdeteksi. Pada gempa bumi Chuetsu di Oktober 2004 sebuah Shinkansen yang dekat dengan pusat gempa lepas dari relnya, namun tidak ada penumpang yang terluka. Kereta generasi berikutnya, FASTECH 360 akan memiliki sayap rem penahan angin (yang mirip dengan kegunaan telinga) untuk membantu proses pemberhentian bila gempa bumi terdeteksi.

Ketepatan waktu

Pada 2003, JR Central melaporkan jadwal waktu rata-rata Shinkansen tepat dalam 0,1 menit atau 6 detik dari waktu yang telah dijadwalkan. Ini termasuk seluruh kesalahan alami dan manusia dan dihitung dari seluruh 160.000 perjalanan yang dijalani oleh Shinkansen. Rekor sebelumnya dari 1997 dan tercatat 0,3 menit atau 18 detik.

Daftar jalur Shinkansen

Jalur utama adalah:
Dua jalur lebih jauh, dikenal sebagai Mini-Shinkansen (ミニ新幹線), juga beroperasi dengan meningkatkan jalur yang telah ada:
Ada dua sepur standar (standard gauge) yang secara teknis tidak diklasifikasikan sebagai jalur Shinkansen namun dengan pelayanan Shinkansen:
Jalur berikut masih dalam pengembangan:
Kebanyakan jalur Shinkansen yang diusulkan pada saat masa-masa keemasan pada awal tahun 1970-an telah ditunda hingga waktu yang tidak diketahui pasti. Ini termasuk hubungan ke Shikoku oleh proyek jembatan Honshu-Shikoku, sebuah hubungan dari Shinjuku ke Omiya, dan rute yang mencakup seluruh pesisir Laut Jepang Honshu. Namun, hanya jalur Shinkansen Narita yang disingkirkan dari rencana secara resmi.

by: id.wikipedia.org

 


 


 

 

Hanami

Apakah yang ditunggu-tunggu kebanyakan orang di Jepang saat musim dingin yang beku berangsur menghangat? Bisa jadi jawabannya adalah SAKURA! Negeri empat musim yang kerap dijuluki “Negeri Sakura” ini memang akan menampakkan kecantikannya saat kuncup-kuncup bunga sakura mulai mekar. Sakura yang mekar juga sebagai pertanda bahwa musim semi telah tiba. Cuaca yang menghangat dan bunga-bunga bermekaran memberikan spirit tersendiri bagi orang Jepang. Mungkin itu salah satu alasan juga mengapa tahun anggaran dan kalender akademik dimulai pada bulan April, saat musim semi datang. Musim semi, musim yang mencerahkan dan penuh semangat, waktunya bangkit dari balutan selimut musim dingin.

shidare zakura (dropping cherry tree) berusia raturan tahun di Maruyama Koen, Kyoto

Shidare zakura (dropping cherry tree) berusia ratusan tahun di Maruyama Koen, Kyoto
 
Jepang memiliki tradisi khusus untuk menikmati mekarnya bunga-bunga di awal musim semi, yang dikenal dengan istilah “hanami” (花見), berasal dari kata “hana=花” yang berarti bunga, dan “mi=見” yang berarti melihat. Bunga yang dimaksud di sini adalah bunga sakura dan ume. Tradisi hanami sendiri telah dikenal sejak abad 7, tepatnya saat pemerintahan Zaman Nara. Pada awalnya tradisi ini hanya terbatas untuk kalangan bangsawan saja. Berlanjut ke Zaman Heian, hingga akhirnya diperbolehkan untuk kalangan samurai dan khalayak umum sejak Zaman Edo. Tokugawa Yoshimune adalah tokoh yang terkenal dengan usahanya untuk menanam banyak pohon sakura di masa itu.

muda-mudi Jepang pun sangat antusias ikut hanami, ada yang berpakaian tradisional yukata

muda-mudi Jepang pun sangat antusias ikut hanami, ada yang berpakaian tradisional yukata

Kini, hanami menjadi tradisi yang ditunggu-tunggu dan tidak akan dilewatkan oleh masyarakat Jepang. Mereka akan berbondong-bondong pergi ke taman-taman yang dipenuhi oleh pohon sakura. Masa mekar bunga sakura sangat terbatas, hanya sekitar sepuluh hari saja. Tak heran, orang akan mengamati dengan cermat jadwal mekarnya sakura. Jepang yang merupakan negara kepulauan membentang dari utara ke selatan, memungkinkan untuk memiliki musim sakura sejak pertengahan Januari dimulai dari bagian paling selatan yakni Okinawa, sampai sekitar akhir Mei di bagian paling utara yakni Hokaido. Perkiraan cuaca yang disiarkan di televisi bahkan akan memberikan perkiraan jadwal mekarnya bunga sakura ini di masing-masing wilayah.

menikmati makanan di restoran terbuka di bawah naungan bunga sakura menjadi salah satu pilihan menarik

menikmati makanan di restoran terbuka di bawah naungan bunga sakura menjadi salah satu pilihan menarik
Ada yang menarik dari hanami, yang ternyata bukan hanya sekedar kegiatan melihat bunga sakura. Tradisi ini menjadi unik karena hanami telah berkembang menjadi kebiasaan untuk pesta di bawah pohon sakura. Biasanya orang-orang akan datang secara berombongan, menggelar semacam plastik atau tikar dan berpesta di situ, antara lain minum sake dan makan-makan. Mereka bisa saja datang membawa bento (bekal) dari rumah, tapi bagi yang tidak membawa makanan, di sana tersedia warung-warung tenda yang menyediakan berbagai macam makanan seperti takoyaki, yakisoba, udon, yakitori, ayam goreng, sosis tusuk, berbagai cemilan manis, bahkan sampai mainan anak-anak. Suasananya sungguh meriah, apalagi saat musim sakura mencapai puncaknya. Bisa dipastikan taman-taman akan penuh dengan orang-orang yang datang untuk hanami. Pesta hanami ini tidak hanya dilakukan pada siang hari, namun juga malam hari, atau biasa disebut dengan “yozakura”. Banyak taman-taman yang menyelenggarakan light up pada musim sakura.

berpesta bersama kolega di atas gelaran tikar di bawah pohon sakura

berpesta bersama kolega di atas gelaran tikar di bawah pohon sakura

Yang tak kalah menariknya adalah beberapa fakta yang ada di balik hanami, di antaranya adalah trik-trik untuk mendapatkan lokasi hanami. Biasanya, untuk rombongan besar akan memburu tempat yang strategis untuk digelari tikar. Biasanya dari sejak malam sebelumnya ada yang ditugasi khusus untuk mencari lokasi yang strategis, kemudian menggelar tikar di situ dan menunggu hingga esok pagi. Kalau tidak, bisa-bisa direbut oleh rombongan lain. Namun ada juga yang tidak memperbolehkan pola seperti itu, karena sangat rawan perkelahian. Adalah Maruyama Koen, taman paling ramai di Kyoto saat musim sakura, sudah sejak lama dikuasai oleh jaringan yakuza (organisasi tradisional preman di Jepang sejak pertengahan Zaman Edo). Untuk memperoleh jatah tempat, tinggal mengontak jaringan yakuza, dan membayar seharga 700 yen untuk tempat seluas 1 tatami (kira-kira 1×2 meter). Harga ini sudah termasuk sewa alas (terpal) dan tikar bekas tatami. Bayangkan saja kalau satu rombongan memerlukan luasan tempat setidaknya 30 tatami, berarti harus siap-siap uang 21.000 yen alias Rp 2.100.000 saja :-)

Mahal? ya, tentu saja. Tapi tak perlu kuatir. Kalau sekedar hanami sendiri atau dengan beberapa orang saja, bisa memilih tempat-tempat yang tak perlu membayar :-)

by: ppi-kyoto.org

Kimono




Kimono adalah pakaian khas/tradisional bangsa Jepang. Arti kimono itu sendiri adalah baju atau sesuatu yang dikenakan. Bentuk baju kimono seperti huruf “T”, berlengan panjang dan berkerah. 
 
Baju kimono untuk wanita berbentuk baju terusan sedangkan kimono pria berbentuk setelan. Kerah bagian kanan harus berada dibawah kerah bagian kiri. Sabuk kain/Obi dililitkan pada bagian perut/pinggang dan diikat dipunggung. Alas kaki saat memakai kimono adalah zori atau geta.
 
Pada saat sekarang ini, kimono lebih sering digunakan wanita pada acara istimewa, sedangkan pria lebih sering menggunakan kimono pada acara pernikahan, upacara minum the dan acara formal lainnya. 

Pemilihan kimono haruslah berhati-hati dan harus disesuaikan dengan acara yang akan dihadiri. Perlu adanya pengetahuan yang mendalam mengenai simbolisme dan isyarat yang terkandung pada kimono. Ada beberapa jenis kimono yang dapat disesuaikan dengan fungsi dan tingkat formalitasnya.
 
KIMONO WANITA:
  • Kurotomesode
Tomesode adalah jenis kimono yang paling formal untuk wanita yang sudah menikah dan berwarna hitam. Pakaian ini digunakan untuk menghadiri resepsi pernikahan dan acara resmi lainnya. Ciri khas kurotomesode adalah bermotif indah pada bagian bawah sekitar kaki depan dan belakang. Ada lambang keluarga yang terletak pada tiga sisi yaitu punggung, dada bagian atas kanan dan kiri, dan bagian belakang lengan.
  • Irotomesode
Pakaian ini terbuat dari tomesode yang berwarna. Kimono jenis ini dipakai oleh wanita dewasa yang sudah/belum menikah. Pemilihan motif lambang dapat disesuaikan dengan jenis acaranya. Kimono irotomesode dipakai untuk menghadiri acara yang tidak memperbolehkan tamu untuk datang memakai kuritimesode, misalnya resepsi di istana kaisar.
  • Furisode
Furisode adalah kimono paling formal untuk wanita muda yang belum menikah. Bahannya berwarna cerah dengan motif yang mencolok diseluruh bagian kain. Ciri furisode adalah bagian lengan yang sangat lebar dan menjuntai ke bawah. Pakaian ini digunakan saat menghadiri upacara seijin shiki, resepsi pernikahan teman, upacara wisuda atau hatsumode.
  • Iromuji
Iromuji adalah kimono semiformal, tetapi bisa dijadikan kimono formal bila iromuji memiliki lambang keluarga(kamon). Iromuji terbuat dari bahan yang berwarna lembut seperti pink, biru muda, atau kuning dan warna lembut lainnya. Iromuji dapat digunakan pada acara pernikahan jika jumlah lambang keluarga ada lima. Tetapi jika hanya satu, pakaian ini dapat digunakan saat acara minum teh.
  • Tsukesage
Tsukesage adalah kimono semiformal yang digunakan oleh wanita yang sudah/belum menikah. Kimono jenis ini tidak memiliki lambang keluarga dan diperbolehkan untuk menghadiri upacara minum teh yang tidak begitu resmi atau perayaan tahun baru.
  • Komon
Komon adalalah kimono santai untuk wanita yang sudah/belum menikah. Ciri khas kimono jenis ini adalah bermotif sederhana dan berukuran kecil-kecil yang berulang. Komon dikenakan untuk menghadiri pesta reuni, makan malam, bertemu dengan teman atau menonton pertunjukan digedung.
  • Tsumugi
Tsumugi adalah kimono yang dipakai untuk bersantai dirumah dan dapat digunakan untuk wanita yang sudah/belum menikah. Kimono jenis ini dapat digunakan saat keluar rumah seperti berbelanja atau berjalan-jalan. Bahan yang digunakan adalah katun ataupun sutra kelas rendah yang tebal dan kasar.
  • Yukata
Yukata adalah kimono yang dipaaki saat musim panas. Bahannya terbuat dari kain katun yang tipis  tanpa pelapis. 

KIMONO PRIA:

Kimono pria terbuat dari bahan berwarna gelap seperti hijau tua,coklat tua, biru tua, hitam.
  • Montsuki
Montsuki digunakan bersama hakama dan haori cocok dipakai saat menghadiri upacara sangat resmi dan dapat juga dipakai sebagai pakaian pengantin pria tradisional.
  • Kinagashi
Kimono jenis ini adalah jenis pakaian yang dapat digunakan sehari-hari, untuk bersantai ataupun keluar rumah.  Kinagashi tidak dihiasi dengan lambang keluarga.

by: lifestyle.dnaberita.com

Sumo



Sumo adalah olahraga saling dorong antara dua orang pesumo yang berbadan gemuk sampai salah seorang didorong keluar dari lingkaran atau terjatuh dengan bagian badan selain telapak kaki menyentuh tanah di bagian dalam lingkaran. Pesumo (rikishi) perlu berbadan besar dan gemuk karena semakin tambun seorang pegulat sumo semakin besar pula kemungkinannya untuk menang.
 
Pesumo atau disebut Rikishi memiliki banyak aturan yang detetapkan oleh asosiasi Sumo.Umumnya mereka harus menetap di pelatihan Sumo,yang dikenal sebagai “heya”.Disini seluruh aspek kehidupan mereka diatur,mulai dari makanan hingga cara berpakaian yang secara ketat menurut tradisi.

Sumo adalah olahraga asli jepang dan sudah dipertandingkan sejak berabad-abad yang lalu. Di beberapa negara tetangga Jepang seperti Mongolia dan Korea juga terdapat olahraga gulat tradisional yang mirip-mirip dengan sumo.

Sumo memiliki berbagai upacara dan tradisi unik seperti menyebarkan garam sepanjang pertandingan untuk mengusir bala.

ASAL USUL SUMO

Sama halnya seperti berbagai jenis olahraga gulat yang ada di seluruh dunia, sumo sudah dikenal di Jepang sejak zaman prasejarah. Pada literatur klasik Jepang abad ke-8 Masehi, bentuk awal sumo dikenal dengan sebutan Sumai. Sumo dalam bentuk yang dikenal sekarang ini mungkin berbeda dengan “sumo” di zaman dulu. Pegulat sering bertarung sampai mati karena jumlah peraturan yang ada masih sedikit.

Penguasa Jepang di abad ke-16 yang bernama Oda Nobunaga sering menyelenggarakan turnamen sumo. Bentuk ring sumo seperti yang dikenal sekarang ini berasal dari zaman Oda Nobunaga. Dibandingkan dengan mawashi pada zaman sekarang yang dibuat dari kain bagus yang kaku, pegulat sumo di masa Oda Nobunaga masih memakai penutup tubuh bagian bawah dari kain kasar yang longgar. Di zaman Edo, pegulat sumo bertanding dengan mengenakan mawashi bermotif indah dan gagah yang disebut kesho mawashi. Di zaman sekarang kesho mawashi hanya dikenakan pegulat sumo pada saat berparade di atas dohyō di awal pembukaan turnamen.

Sumo sering dikaitkan dengan ritual dalam agama Shinto. Sampai sekarang ini, di beberapa kuil Shinto masih diselenggarakan pertarungan antara pegulat sumo dengan Kami (Dewa/Tuhan).

by: uncategorized